Senin, 16 November 2020

Pernyataan

Di pagi ini, Fila berada di lab. Hari ini dia memilih berada di lab karena Fila ingin WiFi-an gratis. Lumayanlah, hemat kuota, pikirnya. Seperti biasa, keadaan masih sepi. Maklum masih pagi. 

Ngieetttt

Pintu terluar lab terbuka. Ada seseorang selain Fila. Fila senang, akhirnya dia tidak akan lama-lama sendirian di lab. Fila pun menghampiri asal suara tersebut.

"Eh, Andri, kirain siapa," sapa Fila.

"Eh Fila, tumben pagi-pagi udah di lab," balas Andri.

"Eh iya nih hehe, biasalah, numpang WiFi gratis hehe,"

"Dasar," ledek Andri.

Melihat tampang Andri yang sedikit 'kucel', Fila bertanya kepadanya, "Hehe, eh iya, abis nginep ya?" Tanya Fila penasaran.

"Iyaa nih," jawab Andri.

Ternyata benar dugaan Fila. Biasanya sih Andri kalo nginep di lab, apalagi masih pagi begini, dia belum mandi. Karena penasaran, Fila kembali bertanya. "Dih, udah mandi belom? Pasti belom mandi ya? Iihhh jorookk!" Fila begidik jijik.

Andri hanya tersenyun simpul.

"Sana ih mandi, ada kuliah kan nanti?" Tanya Fila lagi.

"Iya ih," jawab Andri dengan tersenyum simpul dan pergi ke lokernya.

Aneh, Andri hanya tersenyum simpul pikir Fila. Fila pun kembali ke tempat semulanya duduk. Fila terlihat sibuk dengan smartphone-nya. Sampai tidak sadar, bahwa Andri menghampirinya.

"Eh kaget, kirain siapa," Fila kaget dengan wajah cemberut.

"Eh iya, udah mandi belum?" Sambar Fila dengan selidik.

"Selow sih, yang penting ga keliatan ga mandi kan?" Jawab Andri dengan santai.

"Diihhh," balas Fila dengan mengiyakan jawaban Andri di dalam hatinya. 

Kemudian pandangan Fila kembali mengarah ke smartphone miliknya. Begitu pun dengan Andri, dia mulai sibuk dengan smartphone-nya. Sampai akhirnya...

"Eh iya Fil, emangnya beneran yaa si Dian itu suka Budi? Atau sebaliknya?" Tanya Andri dengan penasaran.

"Loh kok tiba-tiba nanya begitu?" Heran Fila.

"Yaa penasaran aja, dan pengen memastikan. Apalagi kan elu deket ama Dian hehe," jawab Andri dengan ketawa kecil.

Fila membatin, apa iya Andri suka juga dengan Dian?

"Yaa begitu lah hehe," jawabku dengan tertawa kecil juga.

"Oalah," jawab Andri dengan suara khasnya mengatakan kata itu.

"Dian itu menarik yaa di mata laki-laki, mungkin elu juga tertarik ama Dian Ndri, hehe," gumam Fila.

"Gatau gua hehe. Eh tapi kenapa elu berpikiran seperti itu? Gua sih biasa aja ama Dia." 

Fila bernapas lega. Tenyata dia tidak ada perasaan apa2 kepada Dian. Fila bahagia. Fila sedikit tersenyum simpul.

"Karena aku suka ama kamu, Ndri, kamu tahu tidak?" Gumam Fila dalam hati.

"Yaa, mungkin aja hehe. Hanya memastikan. Hehe," ucap Fila dengan tertawa kecil.

Keheningan kembali datang. Fila merasa makin tak karuan. Dia menyesali, kenapa dia bertanya seperti itu. Jika Andri tahu bahwa Fila menyukainya Fila harus bagaimana? Saking sibuknya bermain dengan pikirannya sendiri, Fila tak menyadari bahwa Andri sedang memerhatikannya dengan lekat. Namun, keheningan tak berlangsung lama. Keheningan kembali dipecahkan oleh suara Andri.

"Lu suka yaa ama gua?" Tanya Andri dengan hati-hati.

Jantung Fila menggila. Laju darah Fila pun mengalir sangat deras. Fila mulai panas dingin. Dengan hati-hati, Fila perlahan memutar kepalanya menghadap ke Andri. Fila mulai menenangkan dirinya. Tapi..

"Kok elu bisa tau?" Ucap Fila dengan intonasi sedikit tinggi.

Fila mengutuk dirinya sendiri. Kenapa dia salah ucap? Seharusnya bukan kalimat itu yang dia ucapkan. Namun apa daya, nasi sudah menjadi bubur, Fila tak bisa menarik kalimat yang barusan diucapkan olehnya.

Dengan santainya, Andri menjawab, "Keliatan kok dari bahasa tubuh elu,"

Fila makin menjadi-jadi mengutuk dirinya sendiri. "Sial sial sial sial ketahuan ternyata," batinnya. Dengan wajah sedikit pucat, keringet dingin mulai diproduksi, dia menghela napas, kemudian dia berkata, "ketahuan yaa," ucap Fila dengan tersenyum kecut dan tatapan kosong. Jantungnya mulai normal. Laju darah juga mulai tenang. Andri hanya tersenyum simpul.

Dengan mengumpulkan segenap keberanian diri, Fila berkata dengan tegar, "Maaf yaa, selama ini gue suka gangguin elu,"

"Ga usah minta maaf, gua malah seneng lagi ternyata ada yang suka ama gua, berarti gua kan ganteng, haha," sompral Andri untuk mencairkan suasana hati Fila yang sedang tegang menurutnya. Namun, sompralan tersebut tak berpengaruh sama sekali pada Fila.

"Gue tau kok, elu ga suka kan ama gue. Gue paham kok. Jadi selow kok, gue ga akan maksa buat suka ke gue," ucap Fila dengan tegar.

Melihat ketegaran Fila, Andri jadi merasa tak enak hati. "Maaf Fil," hanya kata tersebut yang keluar dari mulut Andri.

Setelah mendengar kata tersebut, air mata Fila tak terbendung. Air mulai mengaliri pipi tembamnya. Andri semakin tak enak hati. Kemudian Andri mulai mendekat kepada Fila. Dengan ragu, tangannya mulai menyentuh kepalanya Fila dengan lembut.

Jumat, 07 Juli 2017

Sebuah Nama


Hari ini, hari Jum’at. Kebetulan ada pelajaran Bahasa Inggris. Nah, Mr. Joko nampilin video.
“Kalian akan saya suruh seperti kakak kelas ini. Nama tugasnya adalah ‘a news item’. Kalau bisa, kalian dapetin bule, seperti kakak kelas kalian,” sambil nunjukin ke layar proyektornya. “Setiap kelompok harus ada cowoknya. Disini muridnya berapa?”
“38, mr.,” ungkap salah satu temenku.
“Mr. akan buat kelompok menjadi 6, terserah pembuatan kelompoknya seperti apa, cowoknya ada berapa?”
“Dua belas,”
“Nah, kebetulan pas cowoknya harus dibagi rata.......”
Aku gak terlalu nanggepin Mr. ngomong apa karena aku ngeliat sesuatu yang keren. Ada nama kakak kelas yang tertera itu keren banget. Ethan Mahardika.
7 bulan yang lalu. Aku masuk ke salah satu sma favorit di daerahku. Hari itu, aku masuk ke salah satu kelas. Kebetulan aku duduk di depan. Iseng-iseng, aku ngeliat daftar nama siswa di kelas itu. Gak tau kenapa aku tertuju pada sebuah nama. “Namanya aja keren, apalagi orangnya,” Batinku.
Oh, iya baru inget! Itu kan nama yang aku kagumi beberapa bulan yang lalu! Wah, penasaran nih, pengen liat wajahnya seperti apa. Pas liat wajahnya di videonya, kayaknya aku belum pernah lihat wajahnya. Menurutku susah banget wajahnya dihafal, gak kayak kebanyakan orang lain yang aku lihat langsung hafal. Ah, susah banget sih.
Di rumah, masih kepikiran. Ya udah deh, aku putusin cari nama dia di FB. Akhirnya ada. Tanpa basa-basi lagi add ajalah, daripada nambah penasaran. Dan gak nyangka banget, 30 menit kemudian dia confirm! Gak terlalu seneng sih, tapi lumayanlah ternyata FB-nya masih aktif.
Malamnya, aku buka poto-potonya. Ah, sama saja, liat gak liat susah banget mukanya dihafal. Dan gak tau kenapa kayaknya dia suka anime dan manga, diliat beberapa poto di FB-nya. Kapan ya, bisa ketemu orangnya langsung.
Suatu hari, aku dengan Ratih pergi ke perpus. Kebetulan pada jam kedua istirahat. Lumayanlah, agak sepi.
“Tih, lu mau minjem berapa buku?” Tanyaku.
“Palingan satu. Kalau lu?”
“Pinjem tiga,”
“Wih, banyak amat.” Ratih kaget.
“Ya mau gimana lagi, lagi demen ama ceritanya. Kebetulan banget itu buku ceritanya berkelanjutan,” Jelas aku.
“Mau ke kantin gak?
“Gaklah, males,”
“Oh ya udah gue duluan ya. Sekalian nitip novel,”
“Dih, gak gak gak!” Tolak aku.
“Bentar doang, gue takut bukunya jatuh.”
“Kalo cuma bentar, aku tunggu deh di depan kantin,”
“Ya udah terserah lu,”
Karena Ratih ke kantin dulu, mending aku lama-lamain aja pake sepatunya, daripada harus nunggu di depan kantin. Selesai pake sepatu, aku ke depan kantin. Lumayan ribetlah, harus bawa 4 novel dan yang dipinjam oleh Ratih bukunya lumayan tebel lagi! Hampir sampai di persimpangan ke kantin, tiba-tiba...
“Duh,” Keluhku.
“Eh, maaf,”
Ternyata kakak kelas! Dia bersama temannya setengah berlari gak jelas. Mungkin di kejar ama guru killer. Andaikan kayak di FTV, nabrak cewek bawa banyak buku ditolongin. Tapi kenyataannya gak sama sekali! Mereka berhenti sebentar.
“Parah lu. Kasian tuh anak. Lagian sih, lu pake lari segala,” temannya menyalahkan.
“Ya kan udah minta maaf,” Jawab cowok yang menabrakku dengan ngos-ngosan.
Bukannya nolongin malah ribut! Batinku. Dengan kesal, aku merapihkan buku-buku yang terjatuh tadi.
“De, gak apa-apa kan?”
Deg! Ternyata ada yang nolongin aku. Karena malu, aku gak melihat wajahnya. Entah tadi yang nabrak aku, ataupun temannya.
“Eh iya, gak apa-apa kok. Makasih atas tawarannya,”
Disitu aku langsung meninggalkan tempat itu. Untung Ratih sudah keluar dari kantin dan kita langsung ke kelas.
6 hari kemudian. Gak ada tanda-tandanya aku bakal tau orangnya yang mana. Ya udahlah, kayaknya gak bisa ketemu deh. Mungkin Tuhan belum menghendaki aku ketemu dengannya.
Keesokannya, sekolahku lagi ada acara. Kebetulan aku jadi panitianya. Jadi panitia? Emangnya bisa? Gak taulah yang penting panitia yang gak sibuk pura-pura sibuk.
Sebenarnya acaranya dari kemarin, setelah pulang sekolah tapi hari ini akbarnya. Dan tugasku hari ini dengan kemarin beda. Kemarin itu ditugaskan jaga salah satu stand. Kalo sekarang? Katanya sih jadi seksi acara, tapi gak terpakai sama sekali. Ya udahlah jaga aja di ruang panitia.
Suntuk di ruang panitia, aku mutusin keluar.
“Yuk, ke lantai dua, jalan-jalan,” Ajakku kepada Sintia.
“Yuk, daripada di sini, bingung mau ngapain,”
Akhirnya aku dengan Sintia jalan menyusuri koridor kelas 11 menuju kelas 10. Karena masih banyak kakak kelas belum pulang, jadi jalannya agak terhambat. So, aku ketinggalan dengan Sintia.
“Ethan,”
Deg! Itu kan nama kakak kelas yang aku kagumi? Akhirnya aku balik badan sebentar, dan banyak banget disitu kakak kelas yang cowoknya. Ya sudah, perkiraanku paling cowok yang pake jaket. Habis lumayan cakep. Sebenarnya ada cowok satu lagi, tapi kayaknya bukan deh. Sebelum naik tangga, aku balik badan lagi, memastikan ada temannya gak yang panggil namanya dan ini benar atau tidak? Dan aku beruntung, kelakuanku gak dilihat ama orang. Kalo sampe ada yang liat malu-maluin.
Di lantai atas, sambil mencari temanku, aku mikirin masih gak percaya bakal ketemu ama orang yang aku kagumi. Semalem mimpi apa aku? Aku bersyukur banget bisa ketemu dia walaupun masih perkiraanku saja.
Karena yang di cari gak ketemu, akhirnya aku memutuskan kembali ke ruang panitia. Turun dari tangga, aku melihat lagi. Orang-orang itu masih ada! Karena aku sendiri, aku malu lewat di gerombolan anak kelas 11. Ya udah mau gak mau harus muter jalan. Di depan pintu ruang panitia, aku lihat sekilas lalu masuk.
Lagi enak-enak di ruang panitia, tiba-tiba Ingga memanggilku, “Meiko!” Aku kaget! Gila, ya jelas aja aku kaget, suaranya itu loh, ngagetin. “Ada apa?” Jawabku malas.
“Dicariin tuh ama Kak Rendi. Biasa, dia belum tau tuh gimana caranya jaga stand, ajarin sono”
“Oh,”
Dengan jalan malas, aku menuju ke stand. Setelah sampai di sana tanpa disangka-sangka mereka masih ada! Beruntung bisa lebih dekat dan cepat tau yang mana orangnya. Sambil menjelaskan kepada kakak kelas, aku mendengarkan kakak kelas lagi memanggil namanya.
“Than, lu tugas.....
Yes benar! Perkiraanku gak salah lagi! Yang namanya Ethan Mahardika itu yang pakai jaket! Ya Allah, mimpi apa aku semalem?
Semenjak aku bertemu dengannya, aku sering buka profil FB-nya dari awal sampai terakhir tanpa tersisa. Meskipun sudah betemunya langsung, tetap saja wajahnya susah dihafal. Sambil melihat album potonya yang dibilang lumayan banyak, disitu aku tahu kalo dia itu pecinta anime. Saat itu juga, aku mulai menyukai anime, ingin belajar menggambar anime, dan ingin tahu seluk beluknya anime. Akhirnya, hanya karena ‘sebuah nama’, bisa merubahku! Terima Kasih

Sabtu, 07 Februari 2015

Mungkin Hadiah Paling Mengesankan (?)

Jum'at, 6 Februari 2015

Hari ini hari dimana umurku bertambah di dunia tetapi berkurang. Kenapa aku tidak menyebut "ulang tahun"? Karena aku tidak ingin mengulang tahun (kejadian) yang sama di tahun yang akan datang. Untuk tahun ini berbeda. Aku menyembunyikan tangga lahirku di fb. Yup! Tujuannya biar gak banyak yang ngucapin dan dimintaiin pu! wkwk :D
Aku menyembunyikan saat jam 23.56. Aku sempat panik karena belum menyembunyikan tanggal lahirku. Sebelum jam 12 berdentang, tanggal lahirku tersembunyi. Ploonnnggg rasanya.
Keesokan harinya, aku berangkat sekolah bersama Shanti karena hari jumat, dan untungnya gak terlambat, karena akhir-akhir ini aku berangkat sekolah suka terlambat. Awalnya berjalan seperti biasa. Tapi pada jam 8 perutku terasa sakit. Entah ini kenapa dan aku hiraukan. Tapi lama-lama rasa sakitnya semakin menjadi-jadi. Kuputuskan jika aku lagi kena diare. Pada saat pelajaran bu ety, matematika aku minta tolong anis untuk mengantarkanku ke kamar mandi. Tapi tetap tak membantu. Dengan penuh pertimbangan, akhirnya aku memutuskan untuk izin pulang saat istirahat. Yes! Mr. Dimas mengizinkan. Rintangan menghadang! Aku tak punya uang untuk pulang! Aku harus mencari Shanti! Aku ke kelasnya. Tapi apa? Shanti tidak ada! Kesel banget sumpah! Lalu aku bertemu teman Shanti entah namanya siapa aku tak tau jika Shanti ada di perpus. Oke, aku buru-buru ke perpus. Ketemu! Walau harus minjam uang ke Hervita karena gak ada uang receh, yang penting bisa pulang~
Dengan bahagia aku pulaanggg!! (walau harus menahan sakit) Saat di tempat di mana aku menunggu angkot, aku harus menunggu sangat sangat lama. Padahal perut semakin menjerit. Entah menit ke berapa aku menunggu, muncullah angkot. Akhirnya. Tapi saat abang ankot nanyain "neng turun dimana?" perasaanku gak enak. Padahal aku baru saja nge tweet "mungkin ini adalah hadiah yang paling mengesankan (?) gws". Dengan memelankan lajunya abang angkot berkata "neng, turun di sini ya, ..........." astagfirullah, cobaan apa lagi? Pasrah. Tak lama menunggu angkot yang yang pun datang. Alhamdulillah.
Akhirnya nyanpe di tepat tujuan. Rumah. Karena uangku 10 ribuan, aku harus menunggu kembalian dari abang angkot. Dan setelah aku selesai menghitung uang kembalian tenyata hanya 5 ribu! Saat mau minta, abang angkot telah meninggalkanu. Menyebalkan. Dan akhirnya aku memutuskan jika ini adalah hadiah yang paling mengesankan dimana umurku bertambah. 

Tapi paling mengesankan adalah ketika aku mendapat ucapan dari Deden! Jujur di situ aku seneng banget. Dan total pengucap selamat ada 4 orang. Pertama, Kiki (ucapan langsung sebelum hari H), kedua Rohma (lewat sms), ketiga Rara (lewat ask.fm) dan keempat Deden (lewat pesan facebook). Selesai.